Rabu, 29 Mei 2019

Atasi Trauma dengan Cara Ini

Atasi Trauma dengan Cara Ini

Trauma bagai keloid. Bisa sembuh tapi berbekas luka. Menghilangkan trauma bisa sulit dan butuh waktu. Cobalah atasi dengan cara ini.

Atasi Trauma dengan Cara Ini (PKpix/Shutterstock)

Viralkan - Setiap orang pasti pernah merasakan pengalaman pahit dalam hidupnya. Ada yang sifatnya ringan, sedang, hingga berat yang bisa berdampak pada trauma psikis yang berkepanjangan (post-traumatic stress disorder atau PTSD). Bangkit dari trauma memang tak mudah dan butuh proses. Namun, jangan menyerah dengan keadaan dan cobalah untuk berusaha mengatasinya dengan berbagai cara.

Tak semua orang bisa pulih dari trauma dengan cepat. Ada yang bisa dengan mudah melupakannya, ada traumanya datang dan pergi, dan ada pula yang selalu dihantui trauma sepanjang hidupnya.

Mengapa trauma masa lalu sulit dihilangkan?

Kecepatan seseorang untuk melupakan masa lalunya yang kelam sangat bergantung pada seberapa dalam ia tersakiti. Jika pada saat itu orang tersebut benar-benar terpuruk atau dihadapkan dengan keadaan hidup dan mati, maka trauma bisa membekas seumur hidupnya (meski kadarnya bisa berkurang seiring berjalannya waktu).

Namun, jika pengalaman pahit tersebut tak terlampau buruk hingga membuat hidup seseorang terpuruk, maka trauma yang seperti itu lebih mudah untuk dihilangkan.

Selain bergantung pada kedalaman luka psikis, sulitnya seseorang untuk melupakan masa lalunya yang gelap juga dipengaruhi oleh lingkungan dan orang-orang sekitar, apalagi yang tidak mendukung. Entah cuek atau bahkan menyalahkan (seperti yang banyak dialami korban pemerkosaan).

Selain itu, penderita pun tidak diberikan atau tidak memiliki akses untuk mendapatkan terapi sesi konsultasi yang tepat. Sehingga, bukannya trauma memudar, justru penderita makin merasa bersalah dan membenci dirinya. Belum lagi penderita juga mungkin saja termakan stigma yang beredar di masyarakat.

Trauma kembali muncul, apa sebabnya?

Semua orang tak ingin jatuh ke lubang yang sama untuk yang kedua kalinya. Sayangnya, keinginan ini bisa berbeda dengan realita. Ada saja saat-saat Anda terjebak di dalam kondisi yang itu-itu lagi, sehingga mengingatkan Anda pada trauma. Ya, yang membuat trauma kembali muncul adalah kejadian yang mirip dengan situasi mencekam yang membuat seseorang mengalami trauma.

Sementara itu, respons seseorang terhadap sesuatu umumnya didasarkan pada apa yang pernah dilalui. Misalnya, seseorang mengalami kekerasan fisik dan psikis, yaitu dimaki dan dipukuli orang tuanya waktu kecil. Pada masa itu, respons korban hanya bisa diam, menangis, atau menyimpan rasa sakit seorang diri, yang pada akhirnya menyebabkan trauma di masa mendatang.

Ketika orang tersebut dihadapkan pada kondisi yang serupa, trauma pun kembali menghantui. Hanya saja, ada perbedaan respons. Karena tak mau direndahkan lagi, akhirnya timbul respons membela diri, bahkan mungkin respons dengan  kekerasan bisa terjadi.

Cara untuk mengatasi trauma

Meski Anda begitu terluka, tetapi berdamai dengan trauma masa lalu itu perlu. Karena, jika terus dibiarkan begitu saja, trauma bisa memengaruhi hidup. Beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk membantu mengatasi trauma antara lain:

Terapi dengan psikolog atau psikiater

Penanganan trauma memang bisa berbeda-beda, bergantung pada tingkat keparahannya. Namun, jika trauma sudah menjadi post-traumatis stress disorder atau PTSD, dr. Andika Widyatama dari KlikDokter mengatakan bahwa terapi utamanya adalah psikoterapi. Selain itu, ada kalanya pemberian obat dibutuhkan sebagai bagian dari terapi.

Akui dan cobalah bersikap lebih terbuka

Semakin Anda menghindar dan menyimpannya rapat-rapat, semakin parah dampak trauma yang dihasilkan. Cobalah untuk akui kesalahan, memaafkan diri sendiri, dan menumbuhkan kembali rasa percaya diri.

Untuk memulainya, dr. Andika menyarankan untuk mencurahkan pikiran dan perasaan. “Bercerita pada orang yang mengalami kejadian serupa akan dapat lebih menguatkan diri karena korban menjadi merasa tidak sendiri. Selain itu, mencurahkan isi pikiran dan perasaan juga dapat dilakukan dengan cara menulis jika korban tidak cukup nyaman untuk berbagi cerita kepada orang lain,” kata dr. Andika.

Kelilingi diri dengan orang-orang yang membuat Anda tenang

Merasa cemas memang wajar, tetapi kalau terlalu sering, itu bisa berdampak buruk pada kondisi psikis penderita trauma. Jadi, kelilingilah diri dengan orang-orang yang dapat membuat Anda tenang.

Mengalihkan pikiran negatif

Caranya adalah dengan menyibukkan diri, misalnya menjadi relawan atau bergabung dengan suatu komunitas.

Relaksasi

“Cara paling mudah, penderita dapat melakukan meditasi atau peregangan. Fokuskan pikiran dan perasaan pada hal yang positif dan menumbuhkan semangat. Bayangkan berbagai peristiwa atau hal yang pernah membuat diri bahagia,” jelas dr. Andika.

Kemudian, jika memiliki hobi dan mungkin dilakukan, lakukanlah hobi tersebut. Misalnya saja, hobi mendengarkan atau memainkan musik yang dapat membantu untuk membuat tubuh lebih relaks.

Berusaha menghadapi rasa takut

Takut atau cemas karena peristiwa traumatis merupakan hal yang wajar. Namun, takut secara berlebihan terhadap sesuatu dapat menurunkan produktivitas seseorang.

Secara bertahap, penderita harus menguatkan diri dalam menghadapi ketakutan yang dirasakan. Biarlah masa lalu menjadi masa lalu, fokuslah pada masa kini dan masa depan. Jangan sampai masa lalu terus mengendalikan kehidupan korban.

Bersabar dan beranilah

Jika Anda adalah kerabat dari orang yang mengalami trauma, kunci untuk mengatasi trauma adalah sabar. Menghilangkan trauma itu butuh waktu yang cukup panjang dan butuh keberanian yang kuat untuk menghadapinya.

Hampir semua orang pernah atau sedang mengalami masalah atau trauma, baik berat maupun ringan. Jika Anda kerap dihantui trauma, silakan coba cara-cara di atas. Menurut sudut pandang klinis, kadar stres dan penderitaan pasca trauma dapat dikurangi secara signifikan jika korban mendapat pertolongan dini. Trauma memang kadang tak bisa benar-benar hilang. Namun, dengan bantuan yang tepat, penderita bisa bangkit dari keterpurukan akibat trauma yang dialaminya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar