Selasa, 22 Januari 2019

Mahasiswa Malang Ciptakan Pohon Elektrik Penyerap Polusi

Mahasiswa Malang Ciptakan Pohon Elektrik Penyerap Polusi

Pohon elektrik mempunyai prinsip kerja meliputi dua sistem, fotosintesis dan

Mahasiswa Universitas Brawijaya berhasil mengembangkan pohon elektrik. (Foto: klikapa.com)

Sekelompok mahasiswa dari Universitas Brawijaya, Malang, berhasil menciptakan pohon elektrik yang mempunyai fungsi menyerap polusi udara.

Tingginya tingkat polusi udara di kota-kota besar telah mendorong sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (FT-UB) untuk membuat Electrees (Electronic Trees). Yakni sebuah perangkat pohon elektronik tenaga surya sebagai solusi penyerapan polusi udara menggunakan silika aerogel.

Tim yang terdiri dari Muhammad Fatahillah (Teknik Elektro), Hasan (Teknik Elektro), Rosihan Arby Harahap (Teknik Elektro), Lutfiyatul Maftukhah (Teknik Industri), dan Hafiz Tandiyanto Putra (Teknik Kimia) tersebut berhasil mengembangkan pohon elektrik yang mempunyai prinsip kerja meliputi dua sistem. Pertama adalah sistem fotosintesis, dengan tujuan energi listrik dapat dihasilkan secara mandiri. Sistem yang kedua adalah respirasi yang berfungsi menghisap polusi udara berupa CO2 dan CO.

Sistem fotosintesis terdiri dari panel surya yang berfungsi mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik. Energi listrik ini yang digunakan untuk memberikan tenaga kepada perangkat. Daya keluaran yang dihasilkan oleh alat ini sebesar kurang lebih 30 W. Electrees juga dilengkapi dengan lampu yang berfungsi sebagai penerangan di malam hari.

Sistem kedua yakni sistem respirasi yang terdiri dari silika gel berbentuk granul sebagai media absorbsinya. Fungsinya untuk menyerap dan mengendapkan CO2 ataupun polusi udara lainnya dan membiarkan udara bebas keluar melewatinya.

Silika aerogel mempunyai kapasitas penyerapan 1,2 gCO2/gabsorben. Dibanding zat lain yang berfungsi serupa seperti karbon aktif dan zeolit, silika gel lebih besar daya serapnya. Sedangkan prototype Electrees memiliki 500 gr silika gel.

Kelebihan lainnya adalah, ketika silika aerogel telah menyerap CO2 sampai titik jenuh, maka pengguna hanya perlu memanaskan kembali dan siap dipergunakan kembali.

Saat ini, tim sedang bekerja keras untuk mengembangkan tracking system perangkat agar energi yang ditangkap dari sinar matahari lebih efektif. Dan tim optimis dalam waktu dekat tracking system dapat difungsikan. Sehingga saat pagi hari perangkat akan menghadap timur, arah matahari terbit, lalu mengikuti matahari sampai sore hari. Ketika matahari terbenam, akan lurus menghadap ke atas. Ketika posisi tegak lurus, lampu akan menyala selama satu malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar