Sabtu, 05 Januari 2019

Manfaatkan Ampas Tebu, Mahasiswa ITS Ciptakan alat Penyaring Logam Merkuri


Manfaatkan Ampas Tebu, Mahasiswa ITS Ciptakan alat Penyaring Logam Merkuri

Mahasiswi pencipta alat penyaring Logam Merkuri. ©2019

Biralkan - Bahaya dampak dari logam merkuri yang digunakan untuk penambangan emas, membuat sejumlah mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, berupaya menciptakan sebuah alat yang dapat menyaring merkuri agar dapat didaur ulang kembali.

Alat tersebut disebut dengan metode biosorben. Alat ini terbuat dari ampas tebu yang dapat mengikat merkuri.

Alat tersebut diciptakan oleh tiga mahasiswa yang terdiri dari Vicario Baroroh, Irmariza Shafitri Caralin, dan Alvin Rahmad Widyanto. Untuk diketahui, biosorben adalah bahan yang memiliki pori-pori banyak. Sehingga proses adsorpsi (kondisi di mana sesuatu memasuki zat lain) dapat berlangsung pada dinding pori atau terjadi pada daerah tertentu di dalam partikel tersebut.

Para mahasiswa dari Departemen Kimia tersebut mengaku memilih metode biosorben karena dapat mengurangi kadar bahaya merkuri hingga 92 persen. Setelah kadar berkurang, merkuri masih dapat digunakan kembali untuk memurnikan emas.

"Proses ini efektif hingga 100 kali pemurnian," ujar Vicario, Jumat (4/1).

Proses uji biosorben merkuri tersebut dilakukan dengan menggunakan karbon aktif dari ampas tebu. Wanita yang akrab disapa Roroh itu menjelaskan, setelah ampas tebu diaktivasi oleh larutan natrium hidroksida dan hidrogen klorida, hasil aktivasinya dilanjutkan dengan adsorpsi logam merkuri.

Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi kapasitas adsorpsi dan isoterm, yaitu nilai perubahan keadaan gas pada suhu yang tetap.

Berdasarkan hasil pengujian, perlakuan aktivasi ternyata memberikan perubahan ukuran pada adsorben (zat padat yang dapat menyerap komponen tertentu dari suatu fase fluida) yang semula berukuran besar menjadi lebih kecil dan selektif.

"Ukuran kecil inilah yang membantu meningkatkan kapasitas adsorpsi terhadap merkuri," paparnya.

Menurut Roroh, pemilihan ampas tebu sebagai bahan karbon aktif sendiri bukanlah tanpa alasan. Dalam ampas tebu, kandungan selulosanya lebih tinggi jika dibandingkan dengan sekam padi maupun jerami.

Dengan kandungan selulosa yang tinggi, maka akan berdampak pula pada kapasitas adsorpsi merkuri yang tinggi. Selain itu, pemilihan ampas tebu ini pun didasari oleh keberadaannya yang mudah dijumpai di masyarakat.

Melalui hasil inovasi tersebut, tim yang dibimbing oleh Endang Purwanti ini telah berhasil meraih juara pertama diajang Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) Cosmos di Universitas Diponegoro, beberapa waktu lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar