Selasa, 22 Januari 2019

Teko Ajaib Ubah Air Laut Jadi Air Minum

Teko Ajaib Ubah Air Laut Jadi Air Minum

Teko ini dapat mengubah air yang sudah tercemar menjadi layak dikonsumsi, bahkan air laut yang asin menjadi air segar yang bisa diminum.

Okti Nurhidayah menciptakan teko “ajaib” yang dapat ubah air tercemar menjadi layak dikonsumsi. (Foto: kompas.tv)

Ini teko bukan sembarang teko biasa, teko ciptaan Okti Nurhidayah, siswi asal SMA Negeri 1 Sampang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, ini dapat mengubah air yang sudah tercemar menjadi layak dikonsumsi, bahkan air laut yang asin menjadi air segar yang bisa diminum.

Teko merupakan wadah air minum terbuat dari tanah liat, perkakas rumah tangga ini sudah jarang digunakan di masyarakat luas. Siapa sangka, teko tanah liat dapat menjernihkan air, yang sudah tercemar sekalipun.

Bagi Okti, teko tanah liat bukan hal asing baginya. Keluarganya adalah pengrajin gerabah dari tanah liat. Kemampuan membuat teko dari tanah liat mengalir di darahnya.

Okti sendiri menciptakan teko “ajaib” buatannya berawal ketika Okti bermain ke rumah kawannya. Di sana ia melihat ada sebuah akuarium. Yang membuat dirinya penasaran adalah, kenapa air di dalam akuarium bisa tetap jernih. Lalu Okti menemukan alasan di balik hal itu, batu zeolite membuat air di dalam akuarium tetap bersih.

Dari situlah muncul ide untuk menggunakan batu zeolite sebagai campuran membuat teko. Selain menambahkan batu zeolite yang dihaluskan, Okti juga menambahkan bentonit dan arang aktif sebagai bahan pembuat teko.

Ketiga bahan tambahan itu berfungsi untuk menjernihkan air, menghilangkan bau dan menetralkan rasa. Selain itu arang aktif juga akan berfungsi sebagai polutan. Dan ketiga tambahan ini ternyata dapat membunuh mikroba atau bakteri yang ada di dalam air.

Setelah mengalami kegagalan beberapa kali dalam membuat teko ini, akhirnya Okti berhasil membuat teko yang sesuai dengan keinginannya. Perihal berapa perbandingan jumlah tanah liat dan bahan tambahan yang digunakan, Okti tak memberi tahu.

Menurutnya untuk air yang tidak terlalu tercemar cukup 30 menit mendiamkan air dalam teko, maka air sudah jernih dan daat dikonsumsi. Sedangkan air yang sudah tercemar parah yaitu air yang mencapai PH 3, warnanya keruh, baunya menyengat, dan gatal saat terkena kulit, akan membutuhkan waktu penjernihan sekitar satu atau dua jam lebih.

Caranya sangat mudah, cukup masukan air ke dalam teko lalu diamkan. Biasanya setelah proses penjernihan polutan-polutan dari air yang dijernihkan akan menempel di dinding-dinding teko. Selain air tawar, Okti juga pernah mencoba menjernihkan air laut. Dan hasilnya setelah 2 hari didiamkan di dalam teko, air laut berubah menjadi payau. Dan tersisa kristal-kristal garam di dasar teko.

Penemuannya yang lain adalah, ternyata bakteri di dalam air juga ikut menjadi mati. Pertama ia melakukan percobaan pada 100 ml air sumur. Ternyata pada air sumur tersebut terdapat kurang dari 2 koliform atau bakteri. Dan setelah didiamkan di dalam teko, jumlah bakteri menjadi 0 (nol). Tapi Okti tidak puas dengan hasil tersebut.

Ia lalu melakukan percobaan pada 100 ml air yang sudah sangat tercemar. Di dalam air itu terdapat lebih dari 2400 koliform. Dan setelah didiamkan selama 1 jam jumlah koliform berkurang menjadi 1100. Dan setelah diamati selama 24 jam jumlah kolliform tidak bertamh atau berkurang. Itu berarti tidak terjadi pertumbuhan banteri di dalamnya. Kesimpulannya teko ini dapat membunuh 1300-1500 koliform per jam per 100 ml air.

Ke depannya Okti berkeinginan untuk memasarkan produknya ini secara massal dan memberinya nama ‘Cibebek Teko’ sesuai dengan nama tempatnya tinggal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar