Pohon Pala, Sumber Aneka Manfaat
Secara morfologi, pohon pala (Myristica fragrans houtt) tergolong tanaman daerah tropis berjenis kelamin tunggal dan berumah dua, sehingga terdapat perbedaan jelas antara pohon betina dan jantan. Pala betina ditandai dengan pertumbuhan cabangnya secara horizontal (mendatar), sedangkan tanaman jantan memiliki cabang yang mengarah ke atas serta dan membuat sudut lancip dengan batangnya.
jika dilihat sekilas, tanaman ini memiliki buah berbentuk bulat. apabila matang, buahnya akan terbelah menjadi dua dan membentuk seperti kelopak bunga. Dagingnya tampak tebal dan berasa asam. Di dalamnya terdapat biji yang lonjong dengan kulit cokelat mengkilat di bagian luarnya. Bijinya terbungkus oleh fuli berwarna merah gelap menyerupai jala.
Pala dapat berkembang dan tumbuh optimal pada daerah tropis dengan ketinggian 0-700 mdpl dan suhu sekitar 20-30o C. ia bisa sukses dikembangkan pada tanah berstuktur pasir hingga lempung dengan kandungan bahan organik tinggi, ataupun di tanah miskin asalkan diimbangi pemupukn dan perawatan intensif. Ia mulai berbuah di tahun keenam da mampu tetap menghasilkan hingga 50-70 tahun.
Selain itu, pala juga memerlukan iklim tropis panas dengan curah hujan tinggi, tanpa adanya masa kering yang nyata. Sehingga pada daerah dengan kemiringan tajam, perlu dibuat teras-teras untuk mempertahankan tingkat kesuburan tanahnya. Curah hujan ideal bagi pertumbuhan tanaman ini berkisar 2175mm sampai 3550 mm per tahun.
Pala memiliki beberapa manfaat. Biji dan fulinya memproduksi minyak etheris dan lemak khusus yang bermanfaat dalam industri makanan kaleng dan pengawetan ikan. Daging buah-buahnya dijadikan manisan atau asinan. kulit serta daunnya menghasilkan minyak atsiri yang lazim digunakan sebagai bahan baku sabun, obat-obatan, dan kosmetik. karena itu ia menjadi komoditi pertanian bernilai ekonomis tinggi.
Sebaran Myristica fragrans Houtt di Indonesia cukup merata, khususnya di Papua dan Maluku. Buah Pala yang dihasilkannya terkenal memiliki mutu tinggi sehingga jenis inilah yang paling banyak diminta pasar dunia. Hampir seluruh bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan Buahnya digunakan sebagai obat tradisional, batangnya untuk kayu bakar, sedangkan daun dan kulitnya menghasilkan minyak atsiri.
Pala menjadi bahan pokok pada pengobatan tradisional. Beberapa keluhan kesehatan terbukti secara klinis dapat diatasi dengan bahan rempah ini. Mulai dari menghilangkan mag, melancarkan pencernaan dan peredaran darah, meredakan asam lambung, memulihkan batuk/ serak, mencegah leukimia dan anemia, menormalkan tekanan darah, rematik, hingga meninggalkan sistem imunitas tubuh.
Hasil uji klinis School of Medicine, Boston Unervisity menyebutkan hasil hutan non kayu ini memiliki berbagai senyawa kimia yang bermanfaat. Di antaranya flavanoid untuk menghambat pertumbuhan dan mematkan sel kanker, myristisin untuk membantu menggelontorkan kolesterol, protein, karbohidrat, minyak atsiri, zat pati, zat besi, kalsium, serta mineral lainnya.
"Penggunaan pala sebagai tanaman obat sudah lama diterapkan oleh nenek moyang kita. Sampai 2014 lalu tercatat sudah 32 negara yang menggunakannya sebagai bahan baku obat utama. Oleh karena itu mari kita lestarikan hasil alam ini untuk kesejahteraan dan kesehatan bersama," jelas Arif Novantadi, peneliti sekaligus inovator minuman relaksasi sari buah pala Pala-Boo kepada Majalah Sains Indonesia.
Pada sejarahnya, kepulaian Banda di Maluku tercatat sebagi penghasil buah pala pertama di Indonesia. Ketika itu masyarakat lokal hanya memanfaatkan isi buahnya saja sebagai rempah. Sementara dagingnya dibiarkan tergeletak di atas tanah lantara mereka belum mengetahui cara mengolahnya.
Sebaran pala di Indonesia cukup merata, khususnya di Maluku dan Papua. Hampir seluruh bagian tanaman ini bisa dimanfaatkan dan bernilai ekonomis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar