Jumat, 01 Maret 2019

Dokter Frandy Ajak Kenali Bahaya Penyakit Maag

Dokter Frandy Ajak Kenali Bahaya Penyakit Maag

Dokter Umum PTT RS Santo Vincentius dr Frandy 

Dr Frandy

Dokter Umum PTT RS Santo Vincentius

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK -Sindrom dispepsia merupakan suatu kumpulan gejala yang muncul yang menyebabkan ketidaknyaman pada perut bagian atas.

Sindrom dispepsia ini lebih banyak dikenal orang awam sebagai sakit maag.

Gejala yang dirasakan dari penyakit ini adalah: nyeri ulu hati, rasa terbakar di dada, rasa begah, kembung dan mual-muntah.

Penyakit ini dapat terjadi pada siapa saja tanpa memandang status usia dan jenis kelamin.

Sindrom dispepsia umumnya bukan pertanda masalah kesehatan yang serius.

Namun, bukan berarti dispepsia bisa dianggap sepele oleh kita.

Tanpa adanya perbaikan dari pola hidup maupun pemeriksaan dan penanganan yang tepat dari dokter yang ahli, sindrom dispepsia ini bisa saja menjadi gejala penyakit pencernaan yang lebih parah.

Dokter Umum PTT RS Santo Vincentius Singkawang dr Frandy memaparkan, angka kunjungan kasus dispepsia dipelayanan kesehatan mencakup 30% dari pelayanan dokter umum dan 50% dari pelayanan dokter spesialis penyakit dalam dan saluran cerna.

Berdasarkan data yang diteliti dr Frandy pada 2017-2018, di Singkawang dan tiga kabupaten sekitarnya, setidaknya terdapat lebih dari 200 pasien dalam setahun yang mengalami gangguan sindrom dispepsia dan harus menjalani tindakan endoskopi (teropong lambung).

Tingginya angka tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor seperti: masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk berobat ke tenaga kesehatan, konsumsi obat-obat yang merusak lapisan dinding lambung seperti jamu-jamu, obat anti nyeri hingga konsumsi alkohol, serta pola hidup dan makan yang merangsang peningkatan asam lambung.

Dr Frandy mengimbau semua pasien dengan tanda bahaya seperti usia lebih dari 45 tahun, penurunan berat badan tiba-tiba, kesulitan menelan, anemia, muntah darah dan buang air besar berwarna hitam untuk segera berobat ke rumah sakit yang memiliki sarana endoskopi guna mengetahui kelainan langsung pada organ saluran cerna tersebut.

Jika pada pasien yang mengalami sindrom dispepsia tanpa diikuti dengan gejala dari tanda bahaya diatas, maka pasien masih dapat dievaluasi selama dua pekan dan diberikan obat oleh dokter.

Bagi pasien yang sudah menderita atau sering mengalami sindrom dispepsia, dr Frandy juga memberikan tips untuk mengurangi gejala tersebut seperti makan tepat waktu, mengurangi stress, mengurangi berat badan, menghindari makan sebelum tidur.

Selain itu, mengurangi makanan dan minuman yang bisa merangsang asam lambung seperti kopi, teh, minuman bersoda, makanan yang berlemak, makanan yang pedas hingga makanan yang rasanya asam.

Demikian sekilas pengetahuan kecil yang dapat dr Frandy bagikan kepada para pembaca di Tribun. Semoga apa yang diberikan, dapat bermanfaat dan diaplikasikan bagi kita semua. Salam sehat. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar