Kamis, 15 November 2018

Jahe Hitam Oxyfla Mirip Viagra Alami Temuan Dosen Unnes, Inilah Kasiatnya

Jahe Hitam Oxyfla Mirip Viagra Alami Temuan Dosen Unnes, Inilah Kasiatnya



Viralkan -- Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi yang luar biasa dalam hal pertanian dna perkebunan. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang (Unnes) membuat penelitian untuk mengembangkan potensi agrobisnis.

Jahe hitam –Kaempferia parviflora—merupakan tanaman Genus Zingieraceae dimana umumnya tumbuh di daerah tropis Asia. Namun, tanaman herbal tersebut masih sangat jarang dijumpai atau belum banyak dibudidayakan para petani di Indonesia.

Padahal apabila dapat dibudidaya, dikembangkan, serta diolah bakal menjadi peluang tinggi di bidang agro-industri terkait kesehatan masyarakat. Dari sisi khasiat, tanaman rempah tersebut cukup banyak. Seperti bisa menambah stamina dan vitalitas tubuh, antioksidan, anti inflamasi, anti obesitas, hingga anti diabetes.

“Awalnya kami browsing di internet. Kami tertarik untuk coba meneliti yang kaitannya tentang obat-obat herbal khususnya tradisional. Dan dari kisah para nenek kami, mereka tidak pernah aneh-aneh dalam berobat. Seakan apa yang ada di alam mereka gunakan sebagai pengobatan,” kata Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang (Unnes) Prof Dr Etty Soesilowati kepada Tribun Jateng, Senin (12/11).

Etty bersama timnya, Talitha Widiatningrum (akademisi Fakultas Matematika dan IPA Unnes), dan Eka Yuli Astuti (akademisi Fakultas Bahasa dan Seni Unnes) tertarik untuk meneliti tentang jahe hitam.

“Kami ajukan proposal penelitian dalam Program Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) RI pada 2017 lalu. Kami bersyukur, proposal itu disetujui dan memperoleh hibah pada program itu di 2018 ini,” kata Ketua Tim Peneliti Unnes itu.

Prof Etty menerangkan, secara umum dari hasil uji teknis dari sisi keunggulan atau nilai manfaat kesehatan cukup tinggi. Bahkan dapat dikatakan ekstrak jahe hitam lebih unggul karena memiliki kadar flavonoid lebih tinggi dibandingkan ekstrak jahe merah maupun emprit (gajah).

“Dari sisi ilmiah, flavonoid merupakan senyawa dimana di dalamnya ada 15 atom karbon. Di dalamnya terdapat 8 varian polymethoxyflavone dan yang tertinggi adalah dimethoxyflavono sebesar 5,7. Itu kemudian kami kembangkan hasil penelitian menjadi produk kesehatan bernama Oxyfla; Aphrodisiac Activity,” bebernya.

Dia mengutarakan, dari ekstrak jahe hitam itu kemudian dikemas berbentuk kapsul. Tujuannya untuk mempermudah dalam pengemasan, konsumsi, dan terjaga kehigienisannya. Serbuk itu diperoleh melalui ekstraksi menggunakan percolator dan diproses melalui alat kristalisator.

“Khasiatnya cukup banyak bagi kesehatan, baik dewasa pria maupun wanita. Di antaranya memberikan efek aprodisiak dimana bisa menambah stamina serta vitalitas. Jika orang awam bilangnya itu layaknya viagra alami. Sehingga tidak menampik, produk pengembangan kami tersebut terkesan menonjol pada fungsi itu,” terang Prof Etty.

Anggota tim, Eka menambahkan, ekstrak jahe hitam itu seusai diuji laboratorium, memang mampu menstimulasikan keluarnya enzim phosphodiesterase 5 (PDE5) pada penderita erectile dysfunction (ED).

“Kandungan 8 varian flavonoid itu membantu mempertahankan ereksi yang terjadi dengan cara menghambat atau menghancurkan enzim PDE-5 yang merusak cGMP, sehingga bisa meningkatkan aliran darah ke organ vital dalam memperlama ereksi,” tutur dosen Bahasa dan Sastra Jawa FBS Unnes itu.

Tetapi, lanjutnya, secara umum pihaknya mempertegas. Meskipun dari sisi produk sudah teruji pada laboratorium dan cukup banyak testimoni dari berbagai pihak, Oxyflatersebut belum dipasarkan. Saat ini tim sedang memproses guna uji klinis, sebagai syarat izin edar obat herbal organik tersebut.

“Untuk 1 kapsul volume 250 miligram ekstrak jahe hitam itu setara 1.000 miligram bubuk rimpang kering. Oxyfla itu pun adalah ekstrak hasil persilangan (perkawinan) antara jahe hitam Thailand dengan yang lokal. Kami juga masih terus mengembangkannya. Selain berbentuk kapsul, kami juga ada yang berbentuk tetes (cairan),” tukasnya.

Dia menginformasikan, sebagai bagian dari pengembangan produk CPPBT tersebut, pihaknya juga telah merangkul beberapa petani di Kabupaten Magelang dalam pembudidayaannya. Dan dari sisi pertanian, jahe hitam lebih cocok ditanam di dataran berketinggian antara 800 hingga 1.300 meter di atas permukaan laut (Mdpl).

“Hasil uji laboratorium, produk kami tersebut bisa tahan tersimpan selama 3 tahun. Dari sisi pembudidayaan memang butuh kesabaran. Sebab tidak bisa langsung menangkap sinar matahari. Lahan budidaya harus diberi naungan. Jarak tanam hingga panen paling cepat selama 8 bulan,” terangnya. (Deni setiawan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar