Selasa, 02 Oktober 2018

Keistimewaan dan Manfaat Buah Ceplukan, Khasiatnya Sudah Ditemukan Sejak Zaman Romawi Kuno

Keistimewaan dan Manfaat Buah Ceplukan, Khasiatnya Sudah Ditemukan Sejak Zaman Romawi Kuno



Ceplukan atau ciplukan adalah sejenis buah kecil, yang ketika masak tertutup oleh perbesaran kelopak bunga.

Dikutip dari Wikipedia, buah ini juga dikenal dengan berbagai nama daerah seperti cecenet atau cecendet, nyurnyuran dan kopok-kopokan.

Dulu, buah ceplukan hanya dibiarkan saja.

Namun kini, buah yang biasanya tumbuh di area persawahan itu mulai banyak dicari.

Tak tanggung-tanggung, buah dengan nama ilmiah Physalis peruviana ini dibanderol dengan harga yang cukup fantastis.

Bahkan, seperti yang dilansir dari Intisari Online, harga ceplukan sebijinya bisa mencapai Rp 10 ribu.

Sementara di mal-mal yang ada di kota besar seperti Jakarta, harga satu kilo buah ceplukan bisa mencapai Rp 500 ribu.

Di Indonesia, ceplukan bisa dijumpai di banyak daerah.

Ceplukan tumbuh liar di lahan-lahan kosong, pekarangan rumah atau tempat lain yang tanahnya tidak becek.

Baik di dataran rendah maupun dataran tinggi.

Di Bali, ceplukan dikenal dengan nama ciciplukan.

Sedangkan di Madura buah ini dikenal dengan nama nyor-nyoran.

Lain lagi dengan Jawa Barat yang menyebut buah ini dengan nama cecenetan.

Ceplukan sendiri digunakan oleh orang-orang di Jawa Tengah.

Dulu sering diabaikan begitu saja, lalu mengapa kini harganya selangit?

Apa sebenarnya yang menjadi keistimewaan dan manfaat dari buah ini?

Masih dari Intisari Online, ceplukan ternyata bukan tanaman asli Indonesia.

Tanaman ini berasal dari Amerika Tropika.

Ia didatangkan oleh orang Spanyol pada zaman penjajahan di abad XVIII.

Ketika orang VOC masih bersaing dengan orang Spanyol dan Portugis untuk menjajah Indonesia.

Diduga, orang pertama yang berkenalan dengan tanaman ini adalah orang Maluku yang menyebutnya daun boba dan orang Minahasa yang menyebutnya leietokan.

Karena Maluku dan Minahasa adalah daerah pertama di Indonesia yang dijajah oleh Spanyol dan Filipina.

Dari Maluku, ceplukan kemudian dibawa ke berbagai wilayah Indonesia lainnya termasuk Jakarta.

Awalnya, jenis yang datang ialah Physalis angulata dan Physalis minima yang tumbuh sebagai gulma di ladang kering, kebun buah-buahan, semak-semak belukar dan di tepi jalan.

Setelah itu, masuk Physalis peruviana dari daerah pegunungan Peru yang berbeda dari dua jenis ceplukan sebelumnya.

Ceplukan Peru bisa bertahan hidup lebih dari satu musim.

Ia juga mudah dibedakan dari jenis lainnya karena bunganya yang lebih besar dengan bintik-bintik berwarna cokelat tua.

Selain dimakan secara dalam keadaan buah segar, ceplukan juga dijadikan selai untuk oleh orang-orang Belanda pegunungan.

Physalis peruviana kemudian dibawa orang Belanda VOC ke Eropa dengan sebutan kaapse kruisbes (cape goosberry) dan bukan sebagai ceplukan Peru.

Orang-orang Belanda mengira bahwa tanaman ini hidup asli di Kaape de Goede Hoop (Tanjung Harapan) di ujung selatan Afrika.

Dilansir dari laman Tribun Jabar, dalam buku Plantes Medicinalis karangan dua pakar botani Prancis, Volak dan Jiri Stoduca, dikisahkan bahwa ciplukan sudah dikenal oleh orang Romawi sejak zaman kejayaan mereka menjajah bangsa-bangsa timur.

Dalam pertempuran di Iran Selatan, banyak prajurit Romawi yang menderita luka parah karena senjata tajam.

Untuk mengobatinya, mereka memakai tanaman obat tradisional yang terdapat di sekitar daerah pertempuran.

Salah satu di antaranya ialah ceplukan yang ternyata mujarab untuk mengobati luka.

Cukup tempelkan daun ceplukan yang sudah dilumat pada luka, maka luka tersebut akan cepat sembuh.

Berdasarkan hasil analisis berabad-abad kemudian, ternyata ceplukan memiliki kandungan vitamin C yang cukup tinggi.

Bahkan lebih tinggi dari buah anggur.

Ceplukan dapat dimanfaatkan sebagai peluruh air seni (diuretic), menetralkan racun, meredakan batuk, mengaktifkan fungsi kelenjar-kelenjar tubuh dan bisa mencegah tumor.

selain itu, ceplukan juga dapat dijadikan obat untuk beberapa penyakit berbahaya seperti diabetes melitus, bronkitis, ayan dan sakit tenggorokan. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar