Jumat, 12 Oktober 2018

Mana yang Lebih Buruk Antara Garam & Gula? Begini Masing-masing Efeknya di Dalam Tubuh


 Mana yang Lebih Buruk Antara Garam & Gula? Begini Masing-masing Efeknya di Dalam Tubuh


Mana yang lebih buruk bagi tubuh, gula atau garam?

Viralkan - Baik gula maupun garam merupakan penyedap rasa yang akan selalu dibutuhkan untuk menambah cita rasa masakan.

Sebagian besar dari kita pasti akan mengonsumsinya dalam keseharian.

Tetapi dalam mengonsumsi dua penyedap rasa tersebut tidak boleh berlebihan maupun kurang.

Di sisi lain, gula dan garam mempunyai dampak tersendiri bagi tubuh.

Mengonsumsi gula alami, seperti yang terdapat di dalam buah dan susu murni tidak berbahaya dibandingkan dengan gula yang terdapat di dalam soda dan teh manis.

"Susu dan jus buah 100 persen (murni), misalnya mengandung gula alami dan kalori, tetapi minuman ini juga menyediakan nutrisi, seperti vitamin, mineral, protein (di dalam susu) dan polifenol (di dalam jus)," ujar ahli diet dari Texas, Kaleigh McMordie.

Sedangkan minuman seperti soda dan teh manis mengandung gula dan kalori dengan sedikit nutrisi.

Sama halnya dengan produk kemasan maupun cepat saji yang ada di sekitar kita.

Mereka sama sekali tidak memberikan gizi yang bermanfaat, seperti serat, protein, vitamin serta mineral.

Tak heran jika mengonsumsi makanan ini secara berlebihan dapat menyebabkan obesitas serta kekurangan gizi, kata McMordie.

"Semua gula, terlepas bagaimana mereka diberi lalel (gula batu, sirup jagung fruktosa tinggi, gula pasir, gula merah) mempunyai efek yang sama di dalam tubuh dalam meningkatkan kadar gula darah, yang menyebabkan produksi insulin," tutur Murdoc Khaleghi, MD, direktur medis WellnessFX.

Tubuh akan melepaskan insulin untuk memindahkan gula dari darah dan masuk ke sel untuk digunakan sebagai energi.

Secara umum proses ini akan berjalan lancar, namun tidak jika tubuh kelebihan gula.

Kemampuan untuk menyimpan lemak tubuh menjadi terlalu padat.

"Peningkatan produksi insulin dapat menyebabkan resistensi insulin, memaksa tubuh untuk menciptakan lebih banyak insulin, yang kemudian akan menyimpan lebih banyak lemak," ujar Khaleghi kemudian.

Seiring waktu, resistensi insulin dan kenaikan berat badan berikutnya dari konsumsi gula berlebih dapat berkembang ke diabetes tipe 2, yang meningkatkan risiko glaukoma.

Glaukoma merupakan penyebab utama dari gagal ginjal serta faktor utama untuk serangan jantung dan stroke.

"Beberapa jenis molekul gula, yang disebut fruktosa, hanya diproses oleh hati. Ketika hati kewalahan dalam memproses terlalu banyak fruktosa, reaksi berantai metabolik dapat terjadi, beberapa penelitian menghubungkan reaksi ini dengan peningkatan risiko kadar kolesterol abnormal, tekanan darah tinggi, penyakit hati berlemak, sindrom metabolik, dan penyakit jantung," tutur rachel Head, RD, pengajar diabetes bersertifikat untuk OneDrop.

Sedangkan untuk garam kata Khaleghi, seperti yang dilansir dari laman Women's Health, pengaruh garam terhadap kesehatan justru lebih banyak diperdebatkan.

"Bagi kebanyakan orang sehat, jumlah garam yang seimbang akan mudah diproses, dan sebenarnya dibutuhkan oleh tubuh, sementara jumlah yang berlebihan dapat berkontribusi pada masalah kesehatan jangka panjang," kata Khaleghi.

Saat ini untuk dietnya orang Amerika, direkomendasikan untuk mengonsumsi garam sebanyak satu sendok teh saja (kurang dari 2.300 mg) setiap hari.

Namun rata-rata mereka justru mengonsumsi 3.400 mg natrium (selisih sepertiga sendok teh), menurut the Centers for Disease Control and Prevention.

Selama ini para ahli percaya bahwa natrium atau garam menyebabkan retensi cairan di dalam tubuh dan penumpukan tekanan di pembuluh darah, yang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi.

Tekanan darah yang tak terkontrol justru akan menyebabkan penyakit seperti serangan jantung, stroke, masalah ginjal serta penglihatan.

Tetapi, sebuah studi pada 2014 silam, terhadap lebih dari 8.000 orang dewasa di Perancis menemukan bahwa konsumsi garam tidak berkaitan dengan tekanan darah sistolik pada pria maupun perempuan.

Mereka menganggap studi yang menghubungkan antara garam dan tekanan darah itu dibesar-besarkan.

Sedangkan dalam pembahasan Women's Health yang diterbitkan pada 2016 di mana membahas mengenai garam, tidak ada bukti yang dapat dipercaya bahwa natrium berkontribusi terhadap tekanan darah atau masalah jantung.

"Untuk orang sehat biasa, garam tidak selalu merugikan ketika dikonsumsi dalam jumlah sedang," ujar McMordie.

Namun, ada beberapa orang yang lebih sensitif terhadap garam, seperti orang yang berusia lebih dari 50 tahun dan orang yang sudah mengidap tekanan darah tinggi, akan lebih terpengaruh daripada yang lainnya.

Sehingga, dari penjelasan di atas, selama kita mengonsumsi garam atau gula dalam jumlah sedang tidak akan berbahaya.

Tetapi, kelebihan gula memang memiliki lebih banyak dampak negatif terhadap kesehatan secara keseluruhan, ujar Head.

Untuk menjaga asupan gula dan garam, fokus pada sumber karbohidrat yang bergizi, seperti gandum utuh, produk susu, dan buah, kata McMordie, dan jauhi makanan yang mengandung gula olahan dan bahan olahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar